Begitu adiknya masuk bersama Murti — ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Murti hingga jatuh ke ranjang. “Kyyaahh.. Bokep link saya takut.” Murti yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Debora mengenakan kemaluan palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. “Lain kali, kalau mau main — jangan lupa lepas dulu kacamatanya..” Ci Debora tersenyum dan mencium Murti, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Murti menelan peju yang sudah diberikan ci Debora kepadanya.“Terima kasih ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk — Murti menyentuh wajah ci Debora dengan lembut. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Murti dan kamarnya sendiri. Di tengah-tengah permainan, Ci Debora melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Ci Debora tahu ini — dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). “Aih.. Diambilnya sebuah kemaluan palsu (dildo) dan semacam lotion. Adiknya menurut, ia berpindah — duduk di atas ranjang. senikmat ini..” Adik Ci Debora menganal lubang pantat Murti sambil meremas-remas kedua toket Murti dari belakang, walaupun ukuran toket Murti relatif
