“Kok Lidya nggak bilang sih..?”, aku mendengus sembari menatap Lidya yg jadi memerah wajahnya. Bokep jepang Lidya bersama Mamanya yg umurnya mungkin sebaya dgn Ibuku. Namun aku sama sekali tak mengerti dgn apa yg d ibisikkannya. Kedua bola mataku sampai membeliak lebar. Begitu dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya menerpa kulit wajahku. “Tak.., tak ada apa-apa, sahut Lidya sembari merapihkan pakaiannya.Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Seperti ada denyutan yg hangat. Aku menatapnya dgn tajam. Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada suatu perasaan aneh yg tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.Sesuatu yg sama sekali aku tak tahu apa namanya, Bahkan seumur hidup, belum pernah merasakannya. Sementara Tante Amanda pergi membawa Bobby, aku dan Lidya duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yg menunggang kuda dgn gagah. Aku memang paling suka kalo dipuji.Oh, ya.., Nanti malam kamu datang..”, ujar Tante Amanda sebelum pergi.“Ke rumah..?”, tanyaku memastikan. Dan aku merasakan kalo bagian badanku yg vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak. Aku tak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal. Namun Lidya malah membalasnya dgn sinar mata yg saat itu sangat sulit ku artikan.“Kenapa kau menciumku..?” tanyaku polos.
