Ia menoleh, alisnya berkerut saat memandangku. “Ruang tamu yang nyaman,” ucapnya beberapa saat setelah kuletakkan gelasku ke atas meja. Bokep indo Matanya menatapku. Aku melajukan mobilku dengan kecepatan enam puluh kilometer perjam. “Sori,” bisikku sekali lagi. Alisnya berkerut, bibirnya setengah terbuka, seolah hendak mengatakan sesuatu. Indra Lesmana? Sama sekali tak ada emosi di sana. Ia menggeser tubuhnya lebih dekat, hingga dadanya menempel di lenganku. Tuduhan semacam itu tidak kusukai. “Selanjutnya, aku menyuruhmu terlelap.” Ia lalu berhenti menyisiriku, kemudian memelukku. Tapi tidak ada. “Selanjutnya, aku menyuruhmu terlelap.” Ia lalu berhenti menyisiriku, kemudian memelukku. Ia mengerang lagi. “Kamu begitu kikuk. Aku sudah tidak perjaka. Bibirnya berbisik-bisik tak karuan. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. Aku mendiamkannya. Ia tertawa geli. Katanya, “Aku masih ingin dibelai dan dikecup.” Aku tersenyum dan mengangguk. Segala sesuatu melintas seketika. Ia menggeser tubuhnya lebih dekat, hingga dadanya menempel di lenganku. Kutekan lagi pinggulku lebih kuat. Aku melepaskan pagutanku, menarik jariku keluar dan bangkit berdiri. Aku memandangnya heran. Saat ia melepaskan bibirnya dari bibirku, kutatap wajahnya dengan perasaan tak karuan. “Mau kau tidur di dadaku?” kudengar ia berbisik padaku.
