“Wah, sorry Di, saya juga suka… buat gua aja ok?” tanyaku balik. Tiba-tiba HP saya berdering dan saya lihat nama Vivi muncul di layar telepon tersebut. Link bokep Terasa degup jantung saya yang semakin cepat. “Temen saya, janjian mau datang. Tanpa pikir panjang lagi saya menyusul si Andi. Wah, gimana nich biar bisa ketemu lagi, saya memutar otak saya.“Viii… bisa minta nomor telepon loe…” seru saya sambil berlari ke arah Vivi. Dengan cepat mata saya menyapu wajah mereka yang datang. Tanpa pikir panjang lagi saya menyusul si Andi. Kaos hitam tipisnya tidak bisa menyembunyikan tonjolan buah dadanya, “Lumayan cukup besar,” pikir saya.“Tuh cewek cakep banget Gus, kayaknya lagi memperhatikan kita-kita…” bisik Andi yang duduk di samping saya. Menurut saya Vivi agak kurus.Tindakan saya ini rupanya memberikan kesan yang sangat mendalam pada Vivi. Dengan cepat mata saya menyapu wajah mereka yang datang. Dia seumur dengan saya, 24 tahun. Tahu diri, saya pamit pada mereka.Benih-benih cinta mulai bersemi di hati saya dan Vivi. Hampir setiap minggu saya nongol di kost-nya dan kita sering makan dan nonton bareng.15 Maret 1999 jam 17.00, saya sedang bekerja di kantor saya yang berlokasi di daerah Sudirman. Hampir setiap minggu saya nongol di kost-nya dan kita sering makan dan nonton bareng.15 Maret 1999 jam 17.00, saya sedang bekerja di kantor
