Nomor telepon yang tadi Om telpon juga Om dapet dari Om Rudi…”. Bokep brazzer Ditekannya tombol jawab. Laki-laki itu sepertinya hampir sebaya dengan Om Rudi. Ternyata Cinta salah memprediksi. Guratan kepuasan terpancar di wajah Cinta. “Masih belum ngerti sih Om, tapi mirip-mirip kok sama versi lamanya”. “Kamu dimana?”. “Kalo cium bibir di kasur boleh dong?”. Om Rudi ini pastilah berdompet tebal sampai mampu mengajaknya ke hotel dengan tarif setinggi ini. Mungkin saja ia baru selesai menikmati kehangatan tubuh gadis yang sedang digandengnya itu.Tak kalah terkejutnya dengan Cinta, Om Ridwan juga berpikiran yang sama. “Makasi ya Om”, Cinta hanya bisa melempar senyuman. Paling tidak disaat yang sama ia mendapat pahala karena menghilangkan rasa penasaran laki-laki itu, sekaligus memberikan sedikit ‘pelajaran’ atas kenakalannya. Seperti layaknya ‘klien’ berumur lainnya, Om Rudi tidak sejago bicaranya ketika beradu diatas ranjang. Rupanya malam itu suasana cukup ramai, tidak seperti hari-hari biasa. Gadis itu lalu membalikkan tubuhnya dan melihat Rido sudah hampir selesai memakai kembali pakaiannya. “Ah, mereka bisa nunggu”. Om Ridwan menggelengkan kepala. Akhirnya Cinta harus membesarkan hati sang ‘klien’ ketika ia meminta ronde kedua, namun tak kunjung mampu melakukannya.
