Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini. Bokep brazzer Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. “Ini dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Isteri shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.“Gimana nggak nangis! Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
