Ini kurang, itu kurang. Bagai tersengat, nafas Revy tertahan ketika ia mulai merasakan sesuatu yang lembut membelai organ kewanitaannya. Bokep indo Dua lembar potongan karcis film “Speed” tertanda medio 94 yang lalu masih ada dalam salah satu file-file lamaku. Lima tahun tanpa kabar, dan kini tanpa sengaja bertemu di sebuah pesta pernikahan. Tapi pada akhirnya saya memilih untuk mendiamkan perasaan itu lewat, sambil membunuhi benih-benih rasa yang terlanjur tumbuh. Mendengarnya mengingatkanku pada kafe-kafe di bilangan bukit dago pakar Bandung, tempat kita bisa menikmati city view Bandung sepuas mungkin sambil menghirup dinginnya udara pegunungan, sebuah pemandangan yang selalu menjadi fave saya sampai kapan pun. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat menikmati penetrasi tersebut makin membuatku serasa terbang dibuai kenikmatan. “Ryo, have you ever had some different feelings about me?”, tanyanya tergugup. Dan wajah itulah yang sekarang hadir lagi di hadapanku…..“Ryo…, kok malah bengong? “Of course…, who else?”, seru Revy sambil meninju bahuku, “Siapa lagi temanmu yang secantik ini, hah?”, katanya lagi. Perlahan kumainkan dalam stereo set, selembut suara Syaharani melantunkan “Unforgetable” beberapa saat kemudian.Kuhempaskan tubuhku di atas sofa, saat tak lama kemudian Revy bergabung denganku, membawa dua kaleng coke dingin untuk kembali mengobrol dan bercanda, cekikikan dan tertawa lepas. Don’t I just screw up their life by sleeping with Revy? Kaki kirinya terkulai di pundakku,
